Biografi Irwan Prayitno

23.16 Add Comment

Biodata
---
Nama :
Irwan Prayitno

Tanggal Lahir :
20 Desember 1963

Status Perkawinan :
Menikah, memiliki 10 anak dan 1 cucu

Suku Bangsa :
Tanjung, (Minang, Taratak Paneh, Kuranji, Padang)

Agama :
Islam

Keluarga

Istri:
Hj. Nevi Zuairina

Anak :
1. Jundi Fadhlillah (Lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Andalas)
2. Wafiatul Ahdi (Kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia)
Menikah dengan Irfan Aulia Syaiful
3. Dhiya Syahidah (Kuliah di Institut Teknologi Bandung)
4. Anwar Jundi
5. Atika
6. Ibrahim
7. Shohwatul Islah
8. Farhana
9. Laili Tanzila
10.Taqiya Mafaza

Bapak :
Drs. H. Djamrul Djamal, SH - Suku Minang

Ibu :
Dra. Hj. Sudarni Sayuti (Alm) - Suku Minang

Bapak Mertua :
Drs. H. Zulchair Narun (Alm)

Ibu Mertua :
Elbiza Rose


Aktifitas Kepartaian
---
1998 – 1999
Ketua Perwakilan Partai Keadilan (PK) di Malaysia

1999 – 2008
Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan (PK) dan Partai Keadilan
Sejahtera (PKS)

1999 – 2008
Pembina PK dan PKS Sumatera Barat

1999 – 2003
Ketua DPP Partai Keadilan Bidang Kebijakan Publik (Kebijakan Ekonomi, Pemberdayaan Ekonomi, Politik dan Hankam, Hukum dan HAM, Komunikasi Jaringan)

2000 – 2005
Anggota Majelis Syuro (Terpilih) PKS dari Sumbagut

2000 – 2002
Ketua DPP PK Bidang Kebijakan Publik

2002 – 2003
Ketua Bidang III DPP PK

2003 – 2004
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera Bidang Kebijakan Publik (Politik dan Hankam, Hukum dan HAM, Komunikasi Jaringan, Kesenian Budaya)

2004 – 2005
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera Bidang Kebijakan Publik (Politik dan Hankam, Hukum dan HAM, Komunikasi Jaringan, Kesenian Budaya)

2003 – 2004
Ketua Panitia Pemilihan Umum Internal PKS

2005 – 2007
Ketua Komisi Kebijakan Publik Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PKS

2005 – 2010
Anggota Majelis Syuro (Diangkat) PKS

2007 – 2010
Ketua Komisi Organisasi dan Wilayah Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PKS


Pendidikan
---

1970 - 1976
Sekolah Dasar Negeri 4, Kebon Baru, Cirebon

1976 - 1979
Sekolah Menengah Pertama 1, Padang

1979 - 1982
Sekolah Menengah Atas 3, Padang

1982 - 1988
S-1 Universitas Indonesia, Fakultas Psikologi, Jakarta

1995 - 1996
S-2 Universiti Putra Malaysia, MSc Bidang Human Resource Development

1996 - 2000
S-3 Universiti Putra Malaysia, PhD Bidang Training Management (Lulus Cumlaude dengan IPK 3,97)

2005
Kursus Singkat Angkatan XIII, Lemhannas RI

Penulis Buku
---

Buku Seri Pendidikan Islam

1. Ma’na Asy-Syahaadatain
2. Ma’rifatullaah
3. Ma’rifah Ar-Rasuul
4. Ma’rifah Al-Islaam
5. Ma’rifah Al-Insaan
6. Ma’rifah Al-Qur’aan
7. Al-Ghazw Al-Fikri
8. Hizb Asy-Syaithaan
9. Qadhaayaa Ad-Da’wah/Al-Ummah
10. Al Haq Wa Al-Baathil
11. Takwiin Al-Ummah
12. At-Tarbiyah al-Islaamiyah Al-Harakiyah
13. Fiqh Ad-Da’wah
14. Membentuk Kepribadian Muslim
15. Kepribadian Muslim
16. Kepribadian Dai

Buku Seri Pendidikan Anak

1. Ajaklah Anak Bicara
2. Ketika Anak Marah
3. 24 Jam Bersama Anak
4. Membangun Potensi Anak
5. Tips Bergaul dengan Anak
6. Anakku, Penyejuk Hatiku

Buku Seri Pendidikan Masyarakat

1. Pemuda Islam, Generasi Penerus
2. Wanita Islam Perubah Bangsa
3. Dilema Kebijakan Energi
4. Mengkritisi Kebijakan Pemerintah
5. Dai di Tengah Kegalauan Politik
6. Pemikiran Menuju Masyarakat Madani

Buku Seri Manajemen SDM

1. Model Managemen Sumber Daya Manusia
2. Aktivitas Managemen Sumber Daya Manusia dan Aplikasi Asesmen
3. Asesmen Sumber Daya Manusia dalam Managemen Sumber Daya Manusia
4. Kajian Managemen Sumber Daya Manusia dan Asesmen Sumber Daya Manusia
5. Pembuatan Alat Asesmen Sumber Daya Manusia untuk Managemen Sumber Daya Manusia

Pekerjaan
---
Gubernur Sumatera Barat
Anggota DPR RI terpilih Periode 2009 – 2014 (Dapil Sumbar 1)

Dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Jakarta (MM UMJ)

Guru Besar Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resource Development) di Universitas Muhammadiyah Jakarta, sejak 2008
Biografi Ahmad Heryawan

Biografi Ahmad Heryawan

23.12 Add Comment
Ahmad Heryawan (Foto: beritapks.com)

H. Ahmad Heryawan, Lc. merupakan gubernur Jawa Barat periode 2008 hingga 2013 mendatang. Pria kelahiran Sukabumi, 19 Juni 1966 ini, merupakan gubernur Jawa Barat pertama yang dipilih langsung oleh masyarakat Jawa Barat. Bersama Dede Yusuf, mereka berdua diajukan oleh koalisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Pada saat itu, beliau dan wakilnya merupakan calon gubernur dan wakil gubernur termuda dibandingkan calon lainnya.

Pada Pilkada Jawa Barat 2013 Ahmad heryawan kembali menang sebagai Gubernur Jawa Barat berpasangan dengan artis senior Dedy Mizwar

Pendidikan SD dan SMA Heryawan diselesaikan di Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan pendidikan sarjana beliau selesaikan di Fakultas Syariah LIPIA Jakarta pada 1992. Selepas menyandang gelar sarjana, Heryawan mengajar di beberapa perguruan tinggi. Beberapa di antaranya adalah Ma’had Al Hikmah, Dirosah Islamiyyah Al Hikmah, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta, dan Pusat Studi Islam Al Amanar.

Sebelum menjadi Gubernur Jawa Barat, Heryawan dikenal sebagai politikus dan mubaligh. Suami dari Netty Prasetiyani ini pernah berkiprah sebagai anggota DPRD DKI Jakarta pada 1999. Pada 2004 hingga 2009, bapak 6 orang anak ini juga pernah diamanahi sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta. Pada 2004 hingga saat ini, beliau diamanahi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Umat Islam (PUI).

Biografi Fahri Hamzah

23.07 Add Comment
Halo sobat pojok biografi, kali ini kami akan mengulas biografi fahri hamzah , oke langsung aja ya....

Fahri Hamzah mulai dikenal publik  sejak reformasi bergulir awal 1998. Laki-laki kelahiran Utan, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 10 Nopember 1971 ini adalah deklarator dan ketua umum pertama  organisasi gerakan mahasiswa paling besar saat itu,Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Fahri Hamzah adalah satu dari sedikit aktivis pemimpin organisasi atau gerakan mahasiswa yang sering disorot media massa karena berbagai diskusi, rapat dan demonstrasi mahasiswa yang digagasnya guna menurunkan rezim yang berkuasa. Ia  juga seringkali bekerjasama dalam berbagai kesempatan dengan “bapak reformasi”, Amin Rais, untuk menggalang aksi-aksi besar di berbagai kota di Indonesia. Sebagai intelektual muda, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) ini banyak terlibat dalam kegiatan akademis dan kecendekiawanan sejak menjadi mahasiswa. Selain pernah bekerja sebagai salah satu pimpinan di Jurusan Ekonomi Ekstensi UI, ia juga pernah aktif sebagai Ketua Departemen Pengembangan Cendekiawan Muda Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat dan berbagai kegiatan lainnya. Sebelum menjadi anggota DPR RI, Fahri Hamzah juga  banyak mengikuti berbagai forum pertemuan di dalam dan luar negeri.

Segala pengalaman dan keahliannya didedikasikan bagi lembaga legislatif di tingkat pusat sejak tahun 2004. Lewat PKS, Fahri Hamzah terpilih menjadi anggota DPR RI mewakili daerah kelahirannya, NTB. Fahri Hamzah bergabung dalam Fraksi PKS dan bertugas di Komisi VI yang menangani masalah Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi/UKM, dan BUMN. Inilah yang mengantarkannya memahami banyak masalah di sektor riil umumnya dan masalah seputar BUMN khususnya.

Sejak masa sidang 5 Nopember 2007, Fahri Hamzah berpindah ke Komisi III yang membawahi masalah hukum dan HAM. Ketertarikannya bergabung ke Komisi III didorong oleh keprihatinannya terhadap kondisi penegakan hukum di Indonesia. Selain itu,  keinginannya bergabung didorong pula oleh kegelisahannya menyaksikan intervensi negara yang terlalu jauh terhadap civil society. Menurutnya, dalam jangka panjang situasi ini akan memperlemah posisi negara, karena lemahnya masyarakat. Perhatiannya yang besar di dunia hukum, membuahkan kepercayaan FPKS menempatkannya sebagai Wakil Ketua Komisi III, yang membidangi Legislasi sejak tahun 2009 lalu.


Tahun 2011-2012, Fahri Hamzah diberi amanah menjadi anggota Komisi VII yang membidangi Energi dan Sumberdaya Mineral, Riset dan teknologi, Lingkungan dan Lingkungan Hidup. Fahri Hamzah juga diangkat menjadi anggota Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN), yang menjadi mitra BPK dalam pengawasan keuangan negara.

Fahri Hamzah menyoroti pentingnya meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan energi. Fahri Hamzah menolak kenaikan tarif dasar listrik. Jangan sampai rakyat dibebankan dengan kenaikan harga listrik, padahal penyebanya adalah inefisiensi di tubuh PLN sendiri.

Terkait dengan minyak dan gas bumi, Fahri Hamzah menekankan pentingnya kedaulatan energi nasional. Banyaknya perusahaan asing yang mengelola hulu migas dinilai menyebabkan tersedotnya sumber daya alam Indonesia ke negara lain.

Selain aktif sebagai anggota Dewan, Ia juga senang menulis dalam berbagai artikel dan buku. Hingga kini telah terbit beberapa karyanya dengan judul “Negara, BUMN dan Kesejahteraan Rakyat”, “Negara, Pasar dan Rakyat”, “Kemana Ujung Century”, dan “Demokrasi, Transisi, Korupsi” yang diterbitkan melalui Yayasan Faham Indonesia (YFI).YFI merupakan kelanjutan dari Yayasan Pengembangan Sumber Daya Pemuda (CYFIS) yang didirikan saat hari Sumpah Pemuda, setelah aksi-aksi mahasiswa 1998 mereda.


Biografi Tifatul Sembiring

23.01 Add Comment

Nama:
Tifatul Sembiring
Lahir:
Bukittinggi, 28 September 1961
Istri:
Sri Rahayu
Anak:
1. Sabriana Sembiring
2. Fathan Sembiring
3. Ibrahim Sembiring
4. Yusuf Sembiring
5. Fatimah Sembiring
6. Muhammad Sembiring
7. Abdurrahman Sembiring

Pengalaman Organisasi:
 Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS),periode 2005-2010
 Pejabat Sementara Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Oktober 2004-April 2005
 Ketua DPP PKS Wilayah Dakwah I Sumatera
 Humas Partai Keadilan
 Pendiri PartaiKeadlan (PK)
 Aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII)
 Aktivis Yayasan Pendidikan Nurul Fikri, 1990
 Aktivis Korps Mubaligh Khairu Ummah

Pekerjaan:
 Direktur Asaduddin Press, Jakarta
 PT PLN Pusat Pengaturan Beban Jwa, Bali, Madura 1982-1989

Pendidikan:
 Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STI&K) Jakarta
 International Politic Center for Asian Studies Strategic Islamabad, Pakistan

Alamat Rumah:
Kompleks Pondok Mandala II Blok N-1, Cimanggis, Depok, Jawa Barat

Alamat Kantor:
Kantor Pusat DPP Partai Keadilan Sejahtera
Gedung Dakwah Keadilan
Jl. Mampang Prapatan Raya No. 98 D-E-F
Jakarta Selatan, Indonesia
Telp +62-21-7995425
Fax +62-21-7995433

Dia salah seorang ‘anak panah’ (kader) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang siap diluncurkan ke mana saja oleh pemegang busur (Majelis Surya) selaku lembaga tinggi partai. Dia menjadi anak panah ketiga yang menerima estafet kepemimpinan PKS. Tifatul Sembiring dipercaya menjabat Ketua Umum DPP PKS menggantikan dan melanjutkan kepemimpinan Hidayat Nur Wahid yang mengundurkan diri setelah terpilih menjadi Ketua MPR.

Tifatul yang sebelumnya menjabat Ketua DPP PKS Wilayah Dakwah I (Sumatera) dipilih dan dilantik Majelis Surya menjadi Pjs Ketua Umum DPP PKS, Senin 11 Oktober 2004. Pria Batak Karo kelahiran Bukit Tinggi 28 September 1961, melanjutkan kepemimpinan PKS periode 2001-2005.

Kemudian dalam Musyawarah Majelis Syuro I Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berlangsung 26-29 Mei di Jakarta, Tifatul terpilih sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2005-2010.

Selain memilih Presiden Partai, Majelis Syuro juga memilih ketua lembaga- lembaga tinggi partai. KH Hilmi Aminuddin menjadi orang nomor satu di PKS sebagai Ketua Majelis Syuro, Surahman Hidayat dipilih sebagai Ketua Dewan Syariah Pusat, Suharna Surapranata sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Pusat, Tifatul Sembiring sebagai Presiden Partai, Muhammad Anis Matta sebagai Sekretaris Jenderal, dan Mahfudz Abdurrahman sebagai Bendahara Umum.

Dalam pidato pertamanya setelah terpilih secara definitif sebagai Presiden PKS, Tifatul mengatakan, proses suksesi kepemimpinan di PKS bisa memberikan contoh bagi pembelajaran politik tentang cara berdemokrasi yang damai. Selain itu, proses suksesi kepemimpinan sebagai peristiwa penting di PKS ternyata bisa dilakukan dalam biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pelaksanaan suksesi partai politik pada umumnya.

"Di PKS selalu seru sorong- sorongannya, saling menyilakan maju dan tidak ada kampanye untuk maju memimpin apalagi memakai politik uang," kata Tifatul menjelaskan.

Jabatan, bagi Tifatul, merupakan amanah yang pada akhirnya nanti harus dipertanggungjawabkan di padang mashar. "Dengan diamanahkannya beban jabatan ini, saya sendiri mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun," ujarnya.

Tifatul yakin PKS ke depan akan kembali melakukan lompatan besar. Untuk itu butuh kerja keras semua kader partai. Meskipun, tak akan membuat target khusus, tetapi PKS akan berusaha membuat peningkatan perolehan suara.


***

Partai kader yang digandrungi anak muda pencinta hati dan moral bersih ini memberi teladan bahwa para kader partai tidak pantas merangkap jabatan di partai manakala telah dipercaya menjabat di lembaga kenegaraan dan pemerintah (publik).

Partai terbuka yang membawa misi moral dan dakwah dalam waktu singkat berhasil melesatkan “anak panah” pertama Nur Mahmudi menjadi Menteri Kehutanan dan Perkebunan (Menhutbun) di era Presiden Abdurrahman Wahid, dan “anak panah” kedua Nur Wahid terpilih menjadi Ketua MPR RI periode tahun 2004-2009.

PKS adalah partai yang mempunyai disiplin kuat membedakan mana hak-hak publik dan mana hak-hak partai. Konflik kepentingan dan perangkapan antara jabatan publik dan jabatan partai adalah tabu. Sikap itu pernah segera dibuktikan oleh Nur Mahmudi yang ketika ditunjuk menteri mundur sebagai Presiden PKS, demikian pula Nur Wahid usai terpilih 5 Oktober resmi mundur per 11 Oktober 2004. Untuk sementara Tifatul masih merupakan “anak panah” yang sedang disiapkan oleh sang pemegang “tali busur” untuk suatu ketika dilesatkan kemana saja sesuai kebutuhan partai dan demi kemaslahatan umat.

Dianggap berhasil
Kemunculan Tifatul menjadi pengganti Nur Wahid mengejutkan banyak pihak. Namun bagi Majelis Surya PKS mengetahui track record Tifatul, hal ini bukan mengejutkan. Dia kader yang berhasil menggelontorkan 380 kursi parlemen se-Sumatera ke pada Pemilu Legislatif 5 April 2004 menjadi milik PKS. Dia pula kader yang dipercaya tampil dalam lobi politik sebelum partai ini menjatuhkan pilihan mendukung pasangan SBY-MJK dalam Pilpres putaran kedua, setelah pada Pilpres pertama 5 Juli 2004 mendukung pasangan Amin Rais-Siswono Yudohusodo.

Sebagai Ketua DPP Wilayah Dakwah (Wilda) I Sumatera membawahi 10 propinsi di Pulau Sumatera, dengan mengusung 52.000 kader PKS se-Sumatera Tifatul Sembiring dianggap berhasil meraih total 380 kursi parlemen. Diantaranya, sebanyak 17 kursi di DPR RI Senayan, 57 kursi di DPRD I seluruh propinsi Sumatera, dan sisanya di DPRD II Kabupaten/Kotamadya seluruh Sumatera. Jumlah ini adalah sepertiga dari total 1.112 kursi parlemen di semua tingkatan yang berhasil diraih PKS di seluruh Indonesia.

Perihal lobi politiknya kepada pasangan SBY-MJK, Tifatul mengakui awalnya ia yang didampingi Sekjen PKS Anis Matta berhasil mengadakan komunikasi politik agar pada Pilpres pertama 5 Juli 2004 PKS ada di barisan SBY-MJK. Sayangnya, lobi itu belum bisa diterima segenap pimpinan partai. Sebab terbukti, berdasarkan mekanisme internal organisasi partai, di hari terakhir sebelum masa tenang PKS baru bisa memutuskan sikap politik untuk mendukung Amin Rais-Siswono Yudohusodo. Pasangan ini ternyata tak didukung efektif oleh rakyat kebanyakan sebab hanya menempati urutan keempat perolehan suara di bawah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Muhammad Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri-KH Hasyim Muzadi, dan pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid.

Komunikasi politik kepada SBY-MJK kembali diteruskan Tifatul. Kali ini, menjelang Pilpres kedua 20 September 2004 yang hanya menyisakan dua pilihan pasangan ia disertai Irwan Prayitno. Hasil lobi lanjutan bisa diterima oleh Majelis Syuro dan pimpinan PKS. Sehingga jauh-jauh hari PKS sudah angkat bendera penuh mendukung pasangan SBY-MJK. Kendati sebagai “penumpang” terakhir kontrak politik yang dibuat Tifatul efektif menguntungkan sekali bagi kedua belah pihak. Dalam kontrak PKS memperoleh beberapa jatah kursi strategis di kabinet.

Pasangan SBY-MJK berhasil meraih suara terbanyak sebagai pemenang Pemilu. Sebagai the ruling party “anak-anak panah” PKS siap dilesatkan ke mana saja dan kapan saja. Salah satu bukti awalnya adalah Hidayat Nur Wahid. Atas restu dan dukungan SBY-MJK bersama Partai Demokrat (PD), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Kebangsaan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), dan partai-partai lain yang tergabung dalam koalisi kerakyatan ditambah sejumlah anggota DPD, Hidayat Nur Wahid pada pemilihan 6 Oktober 2004 berhasil meraih kursi pimpinan MPR berbeda tipis dua suara saja dari Sutjipto dari Koalisi Kebangsaan.

Walau partai baru dalam waktu singkat PKS sudah tergolongkan ke dalam kelompok elit, atau sebagai the ruling party partai penguasa. Karena sebagai partai penguasa Tifatul berjanji dan menjamin tak akan melengserkan Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono di tengah jalan, seperti pernah dialami Gus Dur. Kendati “hanya” sebagai pimpinan sementara Tifatul pasti akan memberi banyak warna kepada partai dan peta perjalanan politik nasional, paling tidak hingga berlangsung Mukhtamar April 2005 untuk memilih pimpinan baru PKS yang definitif.

Politik sebagai ibadah
Tifatul Sembiring adalah ayah dari tujuh orang anak hasil pernikahannya dengan Sri Rahayu, wanita asal Karanganyar. Tifatul bersama Nur Mahmudi Ismail dan Hidayat Nur Wahid adalah tiga dari antara 50 orang pendiri Partai Keadilan (PK), partai yang menjadi cikal bakal PKS. PK pada Pemilu 1999 tidak lolos electoral threshold batas dua persen sehingga untuk bisa maju kembali pada Pemilu 2004 PK harus bermetamorfosa menjadi partai baru. Lahirlah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Tifatul mengaku menerima mandat memimpin PKS secara mendadak. Hanya tiga hari sebelum diserahterimakan, dilantik, dan diumumkan resmi ke masyarakat luas 11 Oktober, persisnya pada Jumat 8 Oktober 2004 malam hari. “Anak panah” Tifatul dilesatkan menjadi presiden partai oleh “tali busur” yang terdiri Majelis Pertimbangan Partai, Majelis Syura, Dewan Syariah Pusat, dan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid. “Saya dan istri saya baru tahu malam Sabtu. Keputusan itu sudah diambil dan dimandatkan kepada saya setelah shalat magrib,” kata Tifatul, kepada Azhar Azis dari Indo Pos.

Tifatul menanggapi pemberian mandat sebagai biasa-biasa saja sebab tidak ada yang istimewa dalam setiap proses peralihan kepemimpinan di PKS. Namun karena yang menerima mandat adalah dirinya sendiri maka disertai pula rasa takut. “Kalau di PKS, kita justru takut menerima jabatan. Karena itu, tidak ada kader yang mau melakukan kampanye positif untuk pencalonannya. Tetapi, kita seperti anak panah yang siap diluncurkan ke mana saja oleh sang pemegang tali busur, yaitu Majelis Syura dan lembaga tinggi partai,” jelas Tifatul.

Rasa takut muncul pada diri Tifatul sebab ia tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Dirinya kaget saat mengetahui telah ditunjuk sebab sepanjang memegang jabatan sementara hingga enam bulan ke depan ia menjadi harus berhati-hati dalam mengambil setiap tindakan dan kebijakan partai.

Di sisi lain ia merasakan biasa-biasa saja sebab demikianlah halnya iklim demokrasi di PKS. Tidak ada yang istimewa dalam setiap proses peralihan pimpinan PKS. Bahkan, istri dan anak-anaknya sudah maklum akan pola kerja PKS yang sedemikian tangkas. Sejak pertama kali aktif, saat masih bernama PK Tifatul sudah sering berada di luar rumah.



Sebagai Humas PK ia selalu harus berada disamping Sang Presiden Nur Mahmudi Ismail, diminta untuk mendampingi. Berada di luar rumah hingga 17 hari lamanya mudah dipahami alasannya oleh seluruh anggota keluarga, yang menganggap pekerjaan politik di PKS sebagai ibadah dan pengabdian kepada umat.

Tifatul beribadah dan mengabdi kepada umat melalui karir politik PKS berjalan secara mulus. Urusan kebutuhan keluarga sudah ditopang oleh kelancaran usaha penerbitan milik Tifatul. Dia adalah direktur merangkap penulis pada perusahaan penerbitan Asahuddin Press, Jakarta, miliknya.

Demikian pula istrinya, Sri Rahayu tergolong aktif menulis tentang kewanitaan. Dua buah bukunya, “Bila Muslimah Berpolitik” dan “Ketika Aku Mencintaimu”, sudah diterbitkan oleh Gema Insani Press. Tifatul pertamakali mengenal Sri Rahayu, istrinya, itu di arena dakwah kampus. Tifatul awalnya adalah aktivis dakwah kampus yang menebarkan syiar Islam. Di forum mulia itulah untuk pertama kali Tifatul, pria Batak Karo kelahiran Bukittinggi dipertemukan sekaligus berkenalan dengan gadis asal Karanganyar, Sri Rahayu.

Ketujuh putra-putri buah cinta pernikahan Tifatul-Sri Rahayu adalah si sulung Sabriana pelajar kelas 2 SMU, dan Fathan kelas 1 SMU. Selanjutnya adalah Ibrahim, Yusuf, Fatimah, Muhammad, dan si bungsu Abdurrahman yang masih berusia 2 tahun 8 bulan.



Sesibuk apapun perjalanan karir politik berupa ibadah dan dakwah, Tifatul selalu berusaha menyediakan waktu khusus kepada seluruh anggota keluarga. Rapat keluarga seringkali digelar untuk mendengarkan masukan dan kritikan dari anak-anak. Hasilnya, kendati sering berada di luar rumah keseluruhan anaknya tak merasa terasing atau teralienasi dari kegiatan Tifatul yang rajin berdakwah.

Tifatul adalah insinyur komputer lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STI&K) Jakarta, yang sejak tahun 1982 bekerja di PT PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa, Bali, dan Madura. Tugasnya menggarap bidang telekomunikadi dan data processing. Tahun 1989 ia mengundurkan diri dari pekerjaan mapan itu hanya untuk berdakwah. Sejak aktif berdakwah di kampus jiwa mubaligh sudah tertanam dalam diri Tifatul.

Pekerjaan di PLN begitu menyita waktu Tifatul sehingga tidak sempat berinteraksi dengan sesama untuk berdakwah. Berangkat kerja jam enam pagi lalu pulang jam enam sore sudah dalam kondisi kelelahan. Interaksi dengan masyarakat sekitar menjadi minim sekali, padahal, dalam Islam sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memberikan manfaat kepada orang lain.

Sejak tahun 1990 aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) ini bergabung dengan Yayasan Pendidikan Nurul Fikri, serta dengan Korps Mubaligh Khairu Ummah, hingga sekarang. Tifatul juga menyempatkan diri berkunjung ke Pakistan selama enam bulan untuk mengasah wawasan berpikir politik di International Politic Center for Asian Studies Strategic Islamabad, Pakistan.

Tifatul terus saja merangkai jaringan dakwah kampus. Begitu tiba era multi partai, bersama Nur Mahmudi dan Nur Wahid ia berada bersama 50 kader pendiri Partai Keadilan (PK), di tahun 1998. Sejak itu resmilah Tifatul menggeluti politik praktis sebagai salah satu model ibadah dan dakwah yang baru. Awalnya ia menjabat Humas partai yang mengharuskannya selalu mendampingi Presiden Nur Mahmudi.

Menjelang Mukhtamar, Tifatul ditugaskan sebagai Wakil Sekjen PKS, dan pasca mukhtamar diangkat mendapat mandat sebagai Ketua DPP Wilayah Dakwah I Sumatera. Jabatan, mandat, dan amanah itu berhasil dipertanggungjawabkan Tifatul dengan menggelontorkan sepertiga total kursi palemen milik PKS berasal dari wilayah dakwah pimpinannya 


Biografi Anies Baswedan

Biografi Anies Baswedan

22.54 Add Comment
PROF. DR. ANIES BASWEDAN
Anies Baswedan Ph.D., (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969; umur 42 tahun[1]) adalah intelektual asal Indonesia.

Pada 2005, Anies menjadi direktur riset pada The Indonesian Institute.[2] Kemudian pada 2008, ia mendapat anugerah sebagai 100 Tokoh Intelektual Muda Dunia versi Majalah Foreign Policy dari Amerika Serikat.[3] Pada tahun yang sama, di usia muda (38 tahun) ia menjadi rektor Universitas Paramadina.[4] Meskipun lahir di Kuningan, Jawa Barat, Anies menghabiskan masa kecil hingga kuliahnya di Yogyakarta.[1]
Karier dan Kehidupan
Masa kecil
Anies dan keluarganya tinggal di rumah kakeknya, Abdurrachman Baswedan (AR Baswedan).[1] Kakeknya adalah seorang jurnalis dan perintis kemerdekaan yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan (1946) dan anggota konstituante (Dewan Perwakilan Rakyat).[1]
Kedua orang tua Anies adalah dosen, Rasyid Baswedan, ayah Anies, pernah menjadi Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia, sementara Aliyah Rasyid, ibu Anies, adalah guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta.[1]
Anies memulai pendidikan formalnya menjelang usia lima tahun.[1] Ia masuk ke sekolah TK Mesjid Syuhada di Kota Baru, Yogyakarta.[rujukan?] Kemudian, memasuki usia enam tahun Anies dimasukkan ke SD Laboratori Yogyakarta.[1] Anies melanjutkan masa SMP-nya di SMP Negeri 5 Yogyakarta.[1] Kemudian, Anies melanjutkan masa SMA-nya di SMAN 2 Yogyakarta.[rujukan?] Anies menjalani masa SMA selama 4 tahun pada 1985-1989 karena terpilih sebagai peserta dalam program AFS.[1] Anies mengikuti program pertukaran pelajar AFS Intercultural Programs, yang di Indonesia diselenggarakan oleh Bina Antarbudaya, selama satu tahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (1987-1988).[1]
Jiwa kepemimpinan
Sejak kecil Anies sudah akrab dengan dunia organisasi dan kepemimpinan.[rujukan?] Ketika usianya baru 12 tahun, Anies membentuk kelompok anak-anak muda (7-15 tahun) kampungnya yang diberi nama 'Kelabang' (Klub Anak Berkembang).[1] Mereka kemudian membuat seragam lengkap dengan tulisan 'Kelabang' dan gambar binatang kelabang (lipan), dan mengadakan berbagai kegiatan olahraga dan kesenian.[1]
Ketika SMA, Anies pernah menjadi ketua OSIS se-Indonesia ketika ia mengikuti pelatihan kepemimpinan di Jakarta pada September 1985.[1] Ia menjadi ketua untuk 300 delegasi SMA-SMA se-Indonesia.[rujukan?] Saat itu Anies baru berada di kelas satu.[1]
Dari aktivis hingga rektor
Semasa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) (1989-1995)[1], dia aktif di gerakan mahasiswa dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM.[1] Sewaktu menjadi mahasiswa UGM, dia mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia di Tokyo, Jepang.[rujukan?]
Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM.[2] Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park.[rujukan?] Sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award.[2] Pada 2005, Anies menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois sehingga dapat menyelesaikan disertasinya tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia".[rujukan?]
Ketika berada di Amerika Serikat, Anies aktif di dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai konferensi.[1] Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di Indonesia.[5] Artikel jurnalnya yang berjudul "Political Islam: Present and Future Trajectory" dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas California.[5] Sementara, artikel Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy diterbitkan oleh BIES, Australian National University.[6]
Sepulang ke Indonesia, Anies bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Partnership for Governance Reform, Jakarta (2006-2007).[7] Selain itu pernah juga menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (2005-2007).[7]
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor Universitas Paramadina.[1] Anies menjadi rektor menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan dan intelektual Muslim, Nurcholish Madjid, yang juga merupakan pendiri universitas tersebut.[8] Saat itu ia baru berusia 38 tahun dan menjadi rektor termuda di Indonesia.[4][8]
Intelektual Dunia
Majalah Foreign Policy memasukan Anies dalam daftar 100 Intelektual Publik Dunia.[9] Nama Anies Baswedan tercantum sebagai satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar yang dirilis majalah tersebut pada edisi April 2008.[9] Anies berada pada jajaran nama-nama tokoh dunia antara lain tokoh perdamaian, Noam Chomsky, para penerima penghargaan Nobel, seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen, serta Vaclav Havel, filsuf, negarawan, sastrawan, dan ikon demokrasi dari Ceko.[4] Sementara, World Economic Forum, berpusat di Davos, memilih Anies sebagai salah satu Young Global Leaders (Februari 2009).[rujukan?]
Kemudian, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang akhir April (2010).[10] Dalam edisi khusus yang berjudul “20 Orang 20 Tahun”, Majalah Foresight menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan skan menjadi perhatian dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang.[10] Nama Anies disematkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National Congress India Rahul Gandhi, serta politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS, Paul Ryan.[10]
Majalah bulanan berbahasa Jepang itu menilai bahwa Anies adalah tokoh yang merupakan salah satu calon pemimpin Indonesia masa mendatang.[10]
Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu.[10]
Pada Pemilu 2009, Anies menjadi moderator dalam acara debat calon presiden 2009.[11] Pada akhir 2009, Anies dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi anggota Tim-8 dalam kasus sangkaan pidana terhadap pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra.[12] Anies, yang bukan berlatar belakang hukum, dipilih menjadi Juru Bicara Tim-8.[rujukan?] Penyampaiannya yang sistematis, tenang dan obyektif dianggap turut membantu menjernihkan suasana dalam suhu politik yang agak memanas di masa itu (Tim-8 bekerja non-stop selama 2 minggu di bulan November 2009).[12][12]
Keluarga
AR Baswedan, kakek Anies Baswedan
Anies adalah cucu dari AR Baswedan, salah seorang pejuang pergerakan nasional dan pernah menjadi Menteri Penerangan di masa awal kemerdekaan Indonesia.[13]
Anies adalah anak pertama dari pasangan Drs. Rasyid Baswedan, S.U. (Dosen Fak Ekonomi Universitas Islam Indonesia) dan Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd. (Dosen Fak. Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta).[1]
Ia menikah dengan Fery Farhati Ganis, S.Psi., M.Sc. dan dikaruniai empat anak: Mutiara Annisa (sulung), Mikail Azizi (kedua), Kaisar Hakam (ketiga), dan Ismail Hakim (bungsu).[1] Mereka bertempat tinggal di daerah Lebak Bulus di Jakarta.[13]
Pemikiran
Pendidikan Tinggi
Perihal pendidikan tinggi, menurut Anies, hubungan mahasiswa dan perguruan tinggi bukanlah hubungan transaksional komersial.[rujukan?] Sebuah perguruan tinggi tidak boleh memandang dirinya sebagai penjual jasa pendidikan dan memandang mahasiswa sebagai pembelinya.[4] Pendidikan tinggi di Indonesia seharusnya dipahami oleh pelakunya sebagai pendorong kemajuan bangsa dan memosisikan mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan).[4] Anies menganggap bahwa pemuda inilah yang akan menggantikan peran generasi tua di masa depan.[4]
Dalam hal pengelolaan pendidikan, Anies berpendapat bahwa hal tersebut memang mahal.[14] Baginya, ini merupakan tantangan bagi pimpinan institusi pendidikan untuk kreatif membuat alternatif model-model pendanaan, baik dari pemerintah maupun swasta.[14]
Sebagai seorang akademisi, bagi Anies, pendidikan harus ditunjang oleh kemandirian dalam pembiayaan pendidikan itu adalah suatu keniscayaan.[14] Di awal mungkin perguruan tinggi memang perlu dibiayai pemerintah, tetapi dalam perjalanan selanjutnya harus dapat mandiri.[rujukan?] Bahkan, dalam hal ini, Anies menyatakan bahwa perguruan tinggi harus mampu menerjemahkan bahasa pengelolaan pendidikan dalam bahasa pengelolaan bisnis modern.[14]
Pada 2008, Ia merintis Program Beasiswa di Universitas Paramadina bernama Paramadina Fellowship.[4] Program ini mengadopsi konsep yang biasa digunakan di universitas-universitas di Amerika Utara dan Eropa dengan menyematkan nama sponsor sebagai predikat penerima beasiswa.[4]
Jika mahasiswa A mendapat beasiswa dari institusi B, yang memang menjadi salah satu sponsor, di belakang nama mahasiswa dicantumkan nama sponsor, menjadi A, Paramadina, Institusi B Fellow. Sebagai contoh Andi, Paramadina Adaro Fellow.[4] Predikat itu wajib digunakan dalam berbagai publikasi dan tulisan.[4]
Anies mengakui bahwa kunci keberhasilan sebuah perguruan tinggi adalah menerima yang terbaik (admit for the best).[8] Selain itu, bagi Anies, lulusan perguruan tinggi yang baik adalah bukan yang setelah lulus berlomba membuat CV (curriculum vitae) sebagus mungkin.[8] Baginya, mahasiswa harus dapat membuat proposal bisnis ketika lulus.[rujukan?] Harapannya, mereka bukan mencari pekerjaan kelak tetapi akan membuka lapangan pekerjaan.[8]
Kemampuan Menulis dan Bahasa Internasional
Menurut Anies, mahasiswa memiliki tiga karakter utama, yakni intelektualitas, moral dan ke-oposisi-an.[15] Selama ini, dua karakter terakhir sudah dapat dikatakan tuntas.[15] Timbulnya pergerakan organisasi-organisasi mahasiswa menunjukkan karaker oposisi mahasiswa.[rujukan?] Meski kadang terlihat anarkis, tetapi mahasiswa telah mengerti batasan-batasan moral yang harus dijaga.[15] Akan tetapi, karakter pertama, intelektualitas, masih belum dihayati. Implementasi karakter tersebut adalah kemampuan menulis dan berbahasa internasional.[15]
Anies menegaskan bahwa dalam satu waktu, seseorang bukan hanya warga sebuah negara, tetapi juga menjadi "warga dunia".[16] Dengan kesadaran menjadi ”warga dunia” , mahasiswa dapat melihat ke depan.[16] Menurut Anies, kompetitor mahasiswa Indonesia bukanlah mahasiswa lain dari perguruan tinggi terkemuka di Tanah Air[16], tetapi mahasiswa-mahasiswa yang merupakan lulusan Melbourne, Amerika Serikat, Tokyo, dan lain-lain yang memiliki kemampuan bahasa, ilmu pengetahuan, dan jaringan internasional luas.[15] Menurutnya saat ini harus ada kesadaran melampaui Indonesia, beyond Indonesia.[16]
Dalam dunia akademik yang kompetitif seperti itu, maka kemampuan menulis menjadi perlu.[15] Penyampaian ide dalam bentuk tulisan akan berharga sekali.[rujukan?] Bahkan, menurut Anies, dalam membangun peradaban, kemampuan menulis menjadi fundamental.[15] Selain itu, kemampuan berbahasa internasional akan membantu mahasiswa untuk menyampaikan ide-idenya.[rujukan?] Di era globalisasi ini, akumulasi pengetahuan jangan sampai sia-sia hanya karena dua syarat itu diabaikan.[15]
Optimisme Bangsa
Menurut Anies, sikap optimistis perlu diambil dalam memandang bangsa Indonesia.[16] Optimisme seharusnya menjadi prioritas bagi generasi muda Bangsa Indonesia.[rujukan?] Menurutnya, pemuda Indonesia telah mengawalinya ketika terselenggara Konferensi Pemuda II, 28 Oktober 1928.[17] Keputusan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah keputusan jenius.[rujukan?] Oleh karena itu, banyak urusan bangsa menjadi sederhana karena bahasa tersebut dapat diterima seluruh rakyat.[17]
Anies menyatakan bahwa bagaimanapun kondisinya, bangsa ini harus disikapi dengan kritis dan optimistis.[17] Selain itu, para pemuda perlu fokus pada inspirasi tentang kemajuan bukan cerita masa lalu.[rujukan?] Pandangan yang perlu dijadikan prioritas adalah bahwa bangsa Indonesia perlu memiliki perasaan kolektif positif untuk maju dan berkembang.[rujukan?] Pesimisme seharusnya dikubur, lalu munculkan optimisme.[17]
Realitas bangsa, menurut Anies, seharusnya dipandang dengan sudut pandang optimisme. Meskipun demikian, media perlu menggandakannya agar menjadi optimisme kolektif seluruh elemen bangsa.[16] Jangan sampai semangat optimisme itu dikalahkan oleh budaya korupsi.[16] Anies menegaskan bahwa janji kemerdekaan telah dilunasi oleh pendahulu bangsa.[17] Bangsa Indonesia harus bekerja lebih keras untuk melunasi janji kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia

sumber: wikipedia.org
Biografi Ary Ginanjar Agustian

Biografi Ary Ginanjar Agustian

22.53 Add Comment
Ary Ginanjar Agustian
Ary Ginanjar Agustian (Bandung, Jawa Barat, 24 Maret 1965) adalah seorang motivator Indonesia, biasa dikenal sebagai presiden direktur dari PT Arga Bangun Bangsa dan Pendiri serta pendiri ESQ Leadership Center, pusat penyelenggara program pelatihan ESQ.
Awal karirnya dihabiskan sebagai pengajar tetap di Politeknik Universitas Udayana, Jimbaran, Bali selama lima tahun. Ia mendapat pendidikan di STP Bandung; Universitas Udayana, Bali; dan di Tafe College, Adelaide, Australia.
Ginanjar menerima penghargaan sebagai salah satu Agents of Change 2005 versi koran Republika, dan di tahun 2004 dinobatkan sebagai salah satu The Most Powerful People and Ideas in Business 2004 oleh majalah SWA. Bisnis pelatihannya melalui program ESQ telah melahirkan ratusan ribu alumni, dan telah diadakan di hampir seluruh kota di Indonesia, dan di Malaysia, Brunei, Singapura, Eropa, Amerika Serikat, dan Australia.
Biografi Chairul Tanjung

Biografi Chairul Tanjung

22.51 Add Comment
Chairul Tanjung 
Chairul Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 49 tahun[1]) adalah pengusaha asal Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya, Para Group[2].

Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia[2]. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya[3]. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega[3].
Karier dan kehidupan
Chairul dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil[1]. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu[1]. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit[1].
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia[4] (lulus 1987[1]). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985[1].
Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut[3].
Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor[5]. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri[5].
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega[3].
Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti)[1].
Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo[6]. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans 7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio[6].
Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall[3]. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999[1]. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour, yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis[7].
Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010[8]. Sebagai sebuah pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar[8].
sumber: wikipedia.org



Biografi Dahlan Iskan

Biografi Dahlan Iskan

22.50 Add Comment
Dahlan Iskan 
Dahlan Iskan (lahir di Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951; umur 60 tahun), adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group, yang bermarkas di Surabaya. Ia juga adalah Direktur Utama PLN sejak 23 Desember 2009.[1]

Awal karier
Karier Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda (Kalimantan Timur) pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.
Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah[2], serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.
Sejak awal 2009, Dahlan adalah sebagai Komisaris PT. Fangbian Iskan Corporindo (FIC)yang akan memulai pembangunan Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan tahun ini. SKKL ini akan menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong. Dengan panjang serat optik 4.300 kilometer
Sejak akhir 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah Jakarta. [3][1] Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya bebas byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan.
Kehidupan pribadi
Dahlan Iskan pernah menulis buku berjudul Ganti Hati pada tahun 2008. Buku ini berisi tentang penglaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi cangkok hati di China.[4]
Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.[1]

sumber: wikipedia.org


Biografi Hatta Rajasa

Biografi Hatta Rajasa

22.49 Add Comment
DR. HATTA RADJASA
Ir. M. Hatta Rajasa (lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 18 Desember 1953; umur 57 tahun) adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia sejak 22 Oktober 2009. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara (2007-2009), Menteri Perhubungan (2004-2007), dan Menteri Negara Riset dan Teknologi(2001-2004).

Masa jabatannya sebagai Menteri Perhubungan ditandai dengan beberapa kecelakaan transportasi yang menonjol, di antaranya musibah Mandala Airlines Penerbangan 91, Kecelakaan KM Digoel, Musibah KM Senopati Nusantara, Adam Air Penerbangan 574, dan Garuda Indonesia Penerbangan 200.
Pria ramah yang pernah aktif di organisasi PII (Pelajar Islam Indonesia) sewaktu mudanya dulu, Pada 9 Januari 2010, secara aklamasi, Hatta Rajasa terpilih sebagai Ketua Umum DPP PAN periode 2010-2015 menggantikan Soetrisno Bachir.
Pendidikan
Insinyur Teknik Perminyakan angkatan 1973 Institut Teknologi Bandung (ITB)
Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung (ITB) selama setahun, akan tetapi tidak dilanjutkan karena sibuk di partai politik dan menjadi Menristek
Karier
2010-sekarang: Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional
2009-sekarang: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II
2007-2009: Menteri Sekretaris Negara Kabinet Indonesia Bersatu
2004-2007: Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu
2001-2004: Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Gotong Royong
2000-2005: Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (DPP-PAN)
1999-2000: Ketua Fraksi Partai Reformasi DPR-RI.
1982-2000: Presiden Direktur Arthindo
1980-1983: Wakil Manager teknis PT. Meta Epsi
1977-1978: Teknisi Lapangan PT. Bina Patra Jaya

sumber: wikipedia.org
Biografi Hidayat Nur Wahid

Biografi Hidayat Nur Wahid

22.47 Add Comment
DR. HIDAYAT NUR WAHID
Dr. Haji Muhammad Hidayat Nur Wahid, M.A. (lahir di Klaten, Jawa Tengah, 8 April 1960; umur 51 tahun) adalah Ketua MPR RI untuk periode 2004-2009 dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera dari 21 Mei 2000 hingga 11 Oktober 2004.

Hidayat Nur Wahid menjadi Ketua MPR RI periode 2004-2009 setelah mengalahkan saingannya, Sucipto dengan selisih dua angka yang diusung Koalisi Kebangsaan.
Dari pernikahannya dengan Almarhum Hj. Kastian Indriawati, Hidayat mempunyai empat anak: Inayatu Dzil Izzati, Ruzaina, Alla Khairi, dan Hubaib Shidiqi. Setelah istri pertamanya tersebut wafat, Hidayat Nur Wahid menikahi seorang janda dr. Diana Abbas Thalib pada tanggal 11 Mei 2008 di TMII.

Pendidikan

  • SDN Kebondalem Kidul I, Prambanan Klaten, 1972
  • Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar Ponorogo, 1973
  • Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, 1978
  • IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta ( Fakultas Syari'ah), 1979
  • Fakultas Dakwah & Ushuluddin Universitas Islam Madinah Arab Saudi, 1983 , Judul Skripsi Mauqif Al-Yahud Min Islam Al Anshar
  • Program Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah Arab Saudi, jurusan Aqidah, 1987, Judul Tesis Al Bathiniyyaun Fi Indonesia,Ardh wa Dirosah
  • Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Islam Medina, Arab Saudi, Fakultas Dakwah & Ushuludiin, Jurusan Aqidah, 1992, Judul Disertasi Nawayidh lir Rawafidh Lil Barzanji, Tahqiq wa Dirosah

Pekerjaan

  • Dosen Pasca Sarjana Magister Studi Islam, UMJ
  • Dosen Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum, UMJ
  • Dosen Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
  • Dosen Fakultas Ushuluddin (Program Khusus) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
  • Dosen Pasca Sarjana Universitas Asy-Syafiiyah, Jakarta
  • Ketua LP2SI (Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam) Yayasan Al-Haramain, Jakarta
  • Dewan Redaksi Jurnal Ma'rifah
  • Ketua Forum Dakwah Indonesia
Organisasi
  • Anggota PII (Pelajar Islam Indonesia), 1973
  • Andalan Koordinator Pramuka Gontor bidang kesekretariatan, 1977-1978
  • Training HMI IAIN Yogyakarta, 1979
  • Sekretaris MIP PPI Madinah, Arab Saudi, 1981-1983
  • Ketua PPI Arab Saudi, 1983-1985
  • Peneliti LKFKH (Lembaga Kajian Fiqh dan Hukum) Al Khairot
  • Anggota Pengurus badan Wakaf Pondok Modern Gontor, 1999
  • Seminar dan karya ilmiah
  • Menghadiri undangan MASG di IIlinois, AS, 1994 (Menyampaikan prasaran)
  • Menghadiri undangan International Islamic Student Organisation di Istambul, Turki, 1996
  • Seminar Internasional madrasah wak Tanjung Al-Islamiyyah, Singapore, 1998 (Menyampaikan makalah).
  • Menghadiri undangan Seminar International dari Moslem Association of Britain di Manchester dan London.
  • Seminar mahasiswa Indonesia di Malaysia, 1999 (Menyampaikan makalah).
  • Seminar Internasional dari LIPIA dari Universitas Imam Muhammad bin Saud Riyadh, di Jakarta (Menyampaikan makalah), 1999 bersama KH. Irfan Zidny, MA, Prof.Ismail Sunni dan KH. Abdullah Syukri Zarkasi, MA.
  • Menghadiri seminar Internasional di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, bekerjasama dengan Universitas Imam Muhammad Saud, Jakarta 1999.
  • Menghadiri undangan festival nasional dan seminar internasional Janadriyah, Riyad, Arab Saudi (tahun 2000) bersama Prof. Dr. Nurcholis Madjid dan Prof. Dr. Amien Rais.
  • Menghadiri undangan seminar Perkembangan Islam di Eropa dari Islamiska Forbundet I Sverige, Stockholm, Swedia.
  • Menjadi Pembicara pada Seminar Mahasiswa Indonesia se - Timur Tengah dan Sekitarnya di Rabat - Maroko pada tanggal 28 - 29 Juli 2006.
  • Berbagai seminar di dalam negeri
  • Membimbing dan menguji tesis master mahasiswa pasca sarjana Universitas Muhammadiyah dan IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
  • Acara Televisi
  • Sejak bulan Juli 2005, Hidayat Nur Wahid merupakan narasumber tetap dalam program Titian Semangat dalam Hikmah Fajar di RCTI. Acara ini ditayangkan setiap hari Sabtu pukul 04.30 hingga 05.00 WIB.
  • Kata Pengantar buku-buku terjemahan
  • Prinsip-prinsip Islam untuk kehidupan oleh Prof. Sholeh Shawi
  • Ensiklopedia Figh wanita oleh Prof. Abdul Karim Zaid (cetakan Rabbani Pres)
  • Pengantar studi Islam oleh Ust. Prof. Yusuf Al Qordhowi (cetakan Al-Kautsar)
  • As-Sunnah sebagai sumber ilmu dan kebudayaan oleh Ust. Prof. Yusuf Al Qordhowi (cetakan Al-Kautsar)
  • Fitnah Kubro, klarifikasi sikap para sahabat oleh Prof. Amhazun (cetakan Al-Haramain)
  • Kajian atas kajian Hadits Misogini (dalam buku Feminisme)
  • Tadabbur Surah Al Kahfi (dalam bulletin Tafakkur)
  • Tadabbur Surah Yasin (dalam bulletin Tafakur)
  • Editor terjemah tafsir Ibnu Katsir
  • Menulis rubrik HIKMAH di harian REPUBLIKA
  • Beberapa makalah diseminar-seminar
  • Tajdid sebagai sebuah harakah (jurnal Ma'rifah)
  • Revivalisme Islam dan Fundamentalisme sekuler dalam sorotan sejarah (dalam buku menggugat gerakan pembaharuan Islam)
  • Inklusivisme Islam dalam literatur klasik (dalam jurnal Profetika)

sumber: wikipedia.org
Biografi Djoko Suyanto

Biografi Djoko Suyanto

22.45 Add Comment
Djoko Suyanto
Marsekal TNI (Purn.) Djoko Suyanto (lahir di Madiun, Jawa Timur, 2 Desember 1950; umur 60 tahun) adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia sejak 22 Oktober 2009. Sebelumnya ia pernah menjabat Panglima Tentara Nasional Indonesia dari 13 Februari 2006 sampai 28 Desember 2007.
Ia digantikan oleh Jenderal TNI Djoko Santoso. Ia mulai menjabat sejak dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 13 Februari 2006 dan serah terima jabatan dari Jenderal TNI Endriartono Sutarto pada 20 Februari 2006. Dari 23 Februari 2005 hingga 13 Februari 2006, ia adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara (TNI-AU). Ia juga merupakan Panglima TNI pertama yang berasal dari kesatuan TNI-AU sepanjang sejarah Indonesia.
 
Suyanto adalah lulusan Akabri (di Akademi Angkatan Udara) tahun 1973, sama dengan Laksamana Slamet Soebijanto (Kepala Staf Angkatan Laut), Kapolri Jenderal (Pol) Sutanto, Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen Endang Suwarya, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia adalah penerbang pesawat tempur F-5 Tiger II yang berpangkalan di Pangkalan Udara TNI-AU Iswahyudi, Madiun.
 
Suyanto pernah mengikuti kursus di USAF Fighter Weapon Instructor School di Pangkalan Udara Nellis, Las Vegas, Nevada. Ia kemudian berturut-turut menjabat sebagai Komandan Skadron Udara 14, Komandan Lanud Iswahyudi, Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional, Komandan Komando Pendidikan TNI-AU, Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Udara, dan kemudian Kepala Staf TNI-AU sebelum akhirnya menjadi Panglima TNI.
 
Setelah lulus proses fit & proper test di DPR, Djoko dilantik sebagai Panglima TNI oleh Presiden pada 13 Februari 2006.
 
Dua pekerjaan rumah bagi Djoko Suyanto adalah perihal kesejahteraan prajurit seiring dengan banyaknya tuntutan agar TNI melepaskan semua bisnis-nya kepada pemerintah dan persoalan pro dan kontra hak pilih TNI pada pemilihan umum tahun 2009.
 
sumber: wikipedia.org
Biografi Jusuf Kalla

Biografi Jusuf Kalla

22.43 Add Comment
HM. JUSUF KALLA
Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla (lahir di Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942; umur 69 tahun), atau sering ditulis Jusuf Kalla saja atau JK, adalah mantan Wakil Presiden Indonesia yang menjabat pada 2004 – 2009 dan Ketua Umum Partai Golongan Karya pada periode yang sama. JK menjadi capres bersama Wiranto dalam Pilpres 2009 yang diusung Golkar dan Hanura.

Awal kehidupan dan karier
Jusuf Kalla lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Mei 1942 sebagai anak ke-2 dari 17 bersaudara[1] dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla tersebut meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Tahun 1968, Jusuf Kalla menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Di Makassar, Jusuf Kalla dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu.
Pengalaman organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan Jusuf Kalla antara lain adalah Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Sulawesi Selatan 1960 - 1964, Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969. Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Hingga kini, ia pun masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di alamamaternya Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.
Jusuf Kalla menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Presiden RI yang ke-4), tetapi diberhentikan dengan tuduhan terlibat KKN. Jusuf Kalla kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI yang ke-5). Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke-6, secara otomatis Jusuf Kalla juga berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang ke-10. Bersama-sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.
Ia menjabat sebagai ketua umum Partai Golongan Karya menggantikan Akbar Tanjung sejak Desember 2004 hingga 9 Oktober 2009. Pada 10 Januari 2007, ia melantik 185 pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan Kekaryaan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golongan Karya di Slipi, Jakarta Barat, yang mayoritas anggotanya adalah cendekiawan, pejabat publik, pegawai negeri sipil, pensiunan jenderal, dan pengamat politik yang kebanyakan bergelar master, doktor, dan profesor.
Jusuf Kalla menikah dengan Hj. Mufidah Jusuf, dan dikaruniai seorang putra dan empat putri, serta sembilan orang cucu.
Saat ini, melalui Munas Palang Merah Indonesia ke XIX, Jusuf Kalla terpilih menjadi ketua umum Palang Merah Indonesia periode 2009-2014.
Pendidikan
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1967)
The European Institute of Business Administration, Perancis (1977)
Menjelang Pemilu Presiden 2009
Setelah tidak berkomitmen untuk koalisi dengan Partai Demokrat, ia ditetapkan dalam Rapat Pimpinan Nasional Khusus Partai Partai Golkar sebagai Calon Presiden dalam Pemilihan Presiden 2009. Dalam perkembangan terakhir, JK memutuskan menggandeng Ketua Umum Partai Hanura Wiranto sebagai cawapresnya. Namun JK dinyatakan kalah dalam quick count (hitung cepat) yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei maupun hasil tabulasi Komisi Pemilihan Umum
sumber: wikipedia.org
Biografi Mahfud MD

Biografi Mahfud MD

22.42 Add Comment
PROF. DR. MAHFUD MD, SH
Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, SH, SU, terpilih menjadi ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2008-2011. Ia didampingi Abdul Muhktie Fadjar sebagai wakil ketua MK. Pemilihan berlangsung terbuka di ruang sidang pleno gedung MK, Jakarta, Selasa (19/8/2008). Mahfud menggantikan Jimly Asshiddiqie yang sudah dua periode menjabat ketua MK.

Pemilihan Ketua MK yang diikuti sembilan hakim konstitusi berlangsung dua putaran. Pada putaran pertama, Mahfud dan Jimly sama-sama meraih empat suara dan satu suara abstain. Pada putaran kedua, Mahfud unggul atas Jimly dengan 5-4 suara.
Mahfud, pria kelahiran Sampang, Madura, 13 Mei 1957, itu adalah alumnus dan guru besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, juga lulusan Fakultas Sastra dan Kebudayaan serta doktor hukum tata negara UGM. Sebelumnya, ia anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPR dan mantan Menteri Pertahanan di era Presiden Gus Dur (Kabinet Persatuan Nasional). Ia terpilih menjadi hakim konstitusi di DPR dan dilantik menjadi hakim konstitusi pada 1 April 2008.
Suasana demokratis terlihat selama proses pemilihan. Mahfud, sesaat setelah terpilih, langsung menghampiri Jimly dan saling berjabat tangan. Jimly pun mengucapkan selamat dan mendukung ketua baru MK. Mahfud juga menilai Jimly Asshiddiqie telah membawa MK dikenal publik sebagai lembaga yang transparan dan akuntabel. Kemudian ia berjanji akan menjaga independensi dan netralitas MK serta bertindak sebagai negarawan dalam setiap keputusannya. Sekarang, saya menjadi negarawan, dulu politikus,” kata Mahfud. Selama ini Jimly pun, selaku ketua MK, telah menunjukkan diri sebagai negarawan.
Sementara, pemilihan wakil ketua MK berlangsung lebih a lot dalam tiga putaran. Putaran pertama, empat hakim konstitusi meraih suara, yakni Abdul Mukthie Fadjar (dua suara), Maruarar Siahaan (dua suara), M Akil Mochtar (tiga suara), dan M Arsyad Sanusi (satu suara). Satu suara, abstain.
Sesuai Tata Tertib MK, jika belum ada yang meraih 50 persen suara, proses pemilihan dilanjutkan ke putaran kedua. Pada putaran kedua, Mukthie meraih empat suara, Maruarar tiga suara, dan Akil dua suara. Belum juga ada yang mencapai 50 persen suara. Pemungutan suara putaran ketiga dilakukan dengan memilih dua kandidat peraih suara tertinggi. Akhirnya, Mukhtie, lulusan Fakultas Hukum UGM pada 1970, terpilih dengan meraih lima suara, mengalahkan Maruarar yang meraih empat suara (Sumber: Tokoh Indonesia, http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/m/mahfud-md/index.shtml).
BIODATA
Nama Moh. Mahfud MD
Alamat Jl. Medan Merdeka Barat No.6 Jakarta Pusat
Tempat/Tanggal Lahir Sampang, Madura / 13 Mei 1957
Agama Islam
Jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi RI
Pendidikan
1. Madrasah Ibtida’iyah di Pondok Pesantren al Mardhiyyah, Waru, Pamekasan, Madura.
2. SD Negeri Waru Pamekasan, Madura.
3. Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN), SLTP.
4 Tahun, Pamekasan Madura 4. Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), SLTA 3 Tahun,Yogyakarta.
5. S1 Fakultas Hukum, Jurusan Hukum Tata Negara, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.
6. S1 Fakultas Sastra dan Kebudayaan (Sasdaya) Jurusan Sastra Arab, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
7. Program Pasca Sarjana S2, Ilmu Politik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
8. Program Doktoral S3, Ilmu Hukum Tata Negara, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Karir
H Moh Mahfud MD lebih dikenal sebagai staf pengajar dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta sejak tahun 1984. Sebelum menjabat sebagai Hakim Konstitusi Prof Mahfud MD pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI (2000-2001), Menteri Kehakiman dan HAM (2001), Wakil Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (2002-2005), Rektor Universitas Islam Kadiri (2003-2006), Anggota DPR-RI, duduk Komisi III (2004-2006), Anggota DPR-RI, duduk Komisi I (2006-2007), Anggota DPR-RI, duduk di Komisi III (2007-2008), Wakil Ketua Badan Legislatif DPR-RI (2007-2008), Anggota Tim Konsultan Ahli Pada Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Depkum-HAM Republik Indonesia. Selain itu, beliau juga masih aktif mengajar di Universitas Islam Indonesia (UII), UGM, UNS, UI, Unsoed, dan lebih dari 10 Universitas lainnya pada program Pasca Sarjana S2 & S3. Mata kuliah yang diajarkan adalah Politik Hukum, Hukum Tata Negara, Negara Hukum dan Demokrasi serta pembimbing penulisan tesis dan desertasi.
Organisasi
Mahkamah Konstitusi RI
sumber: mahfudmd.com